Jumat, 30 Desember 2011

sexs bebas pada remaja

Seks pada remaja dapat di artikan dengan tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat seks kepada lawan jenis ataupun dengan sesama jenis. Contoh dari tingkah laku tersebut adalah seperti perasaan terarik, berkencan, bercumbu, bahkan bersenggama…Sasaran dari perlaku seksualnya dapat berupa khayalan, orang, ataupun menggunakan benda. Dalam hal ini evi tidak membahas tentang perilaku seksnya tetapi lebih condong pada faktor yang menyebabkan perilaku seks yang menyimpang pada kalangan remaja dewasa ini. Melihat perkembangan teknologi jaman sekarang ini, yaitu dengan mudahnya mengakses situs-situs “porno” menjadikan perkembangan seks pada remaja berkembang lebih dini.

Tak dapat di pungkiri bahwa Perkembangan seks remaja yang tidak terkontrol menjadikan seks bebas menjadi semakin meningkat. Maraknya seks bebas dikalangan remaja dapat dikarenakan beberapa faktor yaitu :

Media : Seperti yang telah dipaparkan diatas bahwa media sangat berpengaruh terhadap perkembangan seks remaja. Dengan mudahnya para remaja memperoleh hal-hal yang berbau seks dewasa melalui internet, vcd, ataupun majalah. Oleh karena itu, control orang tua sangat diperlukan dalam mendampingi perkembangan remaja.
Faktor Lingkungan : Lingkungan mempunyai andil besar terhadap penyimpangan seks di kalangan remaja. Dengan melihat realita zaman sekarang dimana pergaulan yang bebas antara pria dan wanita di kalangan masyarakat, menjadikan hal yang lumrah apabila ada seorang pria dan wanita bergumul tanpa ada suatu ikatan apapun.
Kurangnya pendidikan seks dikalangan remaja : Ketika remaja beranjak remaja seharusnya dibekali pendidikan tentang seks secara benar. Namun para orang tua maupun guru sekolah terkadang masih menganggap tabu masalah pendidikan seks, sehingga informasi yang diberikan kurang akurat. Ini menimbulkan rasa ingin tahu pada diri remaja sehingga remaja mencari tahu tentang seks diluar tanpa ada dampingan dari orang tua.
Meningkatnya libido seksualitas : Perubahan hormonal yang menjadikan hasrat seksual remaja itu meningkat, ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk seksual tertentu. Oleh karena itu, remaja membutuhkan pendampingan maupun pengetahuan tentang seks sedini mungkin agar remaja tidak menyalurkannya pada tempat yang salah.
Faktor ekonomi : Kehidupan zaman sekarang ini menjadikan para remaja ingin selalu up to date pada perkembangan fashion, elektronik, maupun hiburan. Sehingga para remaja yang tidak bisa menjangkaunnya dikarenakan dana yang minim kemudian bertindak bodoh dengan menjadikan dirinya sebagai ^…maaf…^ “wanita tuna susila”.
Broken Home : Penyebab dari penyimpangan seksual remaja juga dikarenakan oleh keluarga yang broken home. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya perubahan baik fisik maupun psikisnya, oleh karena itu peran orang tua sangat penting untuk mendampingi perkembangan remaja tersebut. Jika anak tidak memperoleh perhatian dari orang tuannya maka anak akan mencarinya diluar dan dimungkinkan juga pad tempat yang salah. Sehingga menjadikan anak salah dalam perilaku seksualnya.
Kurangnya pendidikan agama : Penanaman nilai-nilai agama pada diri remaja mutlak diperlukan sebagai penyeimbang ilmu-ilmu pengetahuan, selain diajarkan di sekolah-sekolah pendidikan agama juga menjadi tanggung jawab orang tua di rumah. Sebagai pondasi dasar orang tua hendaknya menjadi tauladan dengan melaksanakan ibadah secara tekun serta selalu mengingatkan remaja apabila melakukan kesalahan dengan cara yang halus. Kurangnya pendidikan agama berdampak pada remaja mudah terpengaruholeh lingkungan tempat remaja berada baik sekolah maupun masyrakat. Dengan pendidikan agama yang kuat remaja akan tetap bertahan di tengah-tengah pergaulan sehari-hari juga tetap teguh pendirian menghadapi perkembangan zaman yang semakin mengglobal.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

bahaya narkoba bagi remaja

NARKOBA atau NAPZA adalah bahan / zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan / psikologi seseorang (pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Yang termasuk dalam NAPZA, yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.

Masalah pencegahan penyalahgunaan NAPZA bukanlah menjadi tugas dari sekelompok orang saja, melainkan menjadi tugas kita bersama. Upaya pencegahan penyalahgunaan NAPZA yang dilakukan sejak dini sangatlah baik, tentunya dengan pengetahuan yang cukup tentang penanggulangan tersebut. Peran orang tua dalam keluarga dan juga peran pendidik di sekolah sangatlah besar bagi pencegahan penaggulangan terhadap NAPZA.

Narkotika menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika, yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

PENYEBABNYA SANGATLAH KOMPLEKS AKIBAT INTERAKSI BERBAGAI FAKTOR

1. Faktor individual

Kebanyakan dimulai pada saat remaja, sebab pada remaja sedang mengalami perubahan biologi, psikologi maupun sosial yang pesat. Ciri-ciri remaja yang mempunyai resiko lebih besar menggunakan NAPZA, seperti kurang percaya diri, mudah kecewa, agresif, murung, pemalu, pendiam dan sebagainya.

2. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan kurang baik sekitar rumah, sekolah, teman sebaya, maupun masyarakat, seperti komunikasi orang tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai, kawin lagi, orang tua terlampau sibuk, acuh, orang tua otoriter dan sebagainya.

Faktor-faktor tersebut di atas memang tidak selalu membuat seseorang kelak menjadi penyalahguna NAPZA. Akan tetapi, makin banyak faktor-faktor di atas, semakin besar kemungkinan seseorang menjadi penyalahguna NAPZA.

GEJALA KLINIS PENYALAHGUNAAN NAPZA

1. Perubahan Fisik

Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel), apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif. Bila terjadi kelebihan dosis (Overdosis) : nafas sesak, denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, bahkan meninggal. Saat sedang ketagihan (Sakau) : mata merah, hidung berair, menguap terus, diare, rasa sakit seluruh tubuh, malas mandi, kejang, kesadaran menurun. Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat, tidak perduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi keropos, bekas suntikan pada lengan.

2. Perubahan sikap dan perilaku

Prestasi di sekolah menurun, tidak mengerjakan tugas sekolah, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah, bergadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas atau tempat kerja. Sering berpergian sampai larut malam, terkadang tidak pulang tanpa ijin. Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghidar bertemu dengan anggota keluarga yang lain.

Sering mendapat telpon dan didatangi orang yang tidak dikenal oleh anggota keluarga yang lain. Sering berbohong, minta banyak uang dengan berbagai alasan, tapi tidak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat kekerasan dan sering berurusan dengan polisi. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, pemarah, kasar, bermusuhan, pencurigaan, tertutup dan penuh rahasia.

UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA

Upaya pencegahan meliputi 3 hal : mengenali remaja resiko tinggi penyalahgunaan NAPZA dan melakukan intervensi. Upaya ini terutama dilakukan untuk mengenali remaja yang mempunyai resiko tinggi untuk menyalahgunakan NAPZA, setelah itu melakukan intervensi terhadap mereka agar tidak menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh kembang anak dapat diatasi dengan baik.

Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan menghormati pendapat anak. Memperkuat kehidupan beragama. Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi dengan anak.***
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Pergaulan Remaja yang Diatas Normal

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTIGaXsEVUuBBRXaJJQQeGSXuXUnyx_tsgIUFelSlGPnr3gsux_0rsg82HShzFsOAKcGaak7W1sA_IcSrcfLX5sVg9HVvq2v-GnYmvXqCZZF7f06HBvHzYwTGjXSw0dcq0WkoAC3ou-oav/s320/bb55.jpg ads




3Share


Masa remaja adalah masa yang paling berseri. Di masa remaja itu juga proses pencarian jati diri. Dan, disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas. pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas.

Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan padahal mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya,''Berikut ini adalah contoh dari pergaulan bebas




Sebagai orang tua harus lah pintar mendidik dan mengawasi perkembangan anak , yang sering terjadi pada masyakarak kita adalah kurangnya perhatian dan pendidikan terhadap anak , akibatnya anak akan bertindak di luar batas norma norma yang ada.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme dalam Remaja

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah.

Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)

Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.

Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.

Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.

Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.

Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.



Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme

Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang

Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.





Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.

Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.

Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?

Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.

Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme

Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :

Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.

Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.

Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.

Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.

Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.

Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Pancasila Dalam Ruang Lingkup Kehidupan Remaja Atau Generasi Muda

PANCASILA DALAM RUANG LINGKUP KEHIDUPAN REMAJA ATAU GENERASI MUDA
Yendi Agusta Prapanca

Abstract

Pada zaman sekarang banyak generasi muda yang meninggalkan norma-norma yang terkandung dalam pancasila. Dalam perkembangan zaman di era globalisasi ini kita harus bisa menyaring budaya-budaya asing yang dapat mempengaruhi norma-norma remaja Indonesia.Dengan pancasila seluruh budaya asing yang mempengaruhi cittra,dan budaya Indonesia dapat disaring dengan norma-norma yang terkandung dalam pncasila.Berikut sila-sila yang terkandung dalam pancasila yang menjadi dasar norma Indonesia.1. Ketuhanan yang maha esa2. Kemanusiaan yang adil dan beradap3. Persatuan Indonesia4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusawaratan perwakilan5. Keadilan social dalam seluruh rakyat IndonesiaItulah kelima dasar Negara yang ada di Indonesia, kelima sila tersebut sudah mewakili dari sumber hukum, ideologi, pandangan hidup, dsb. Tetapi sayangnya Indonesia belum bisa memanfaatkan pancasila dengan maksimal, sehingga rakyat Indonesia menjadi tidak teratur dalam menanggapi perkembangan zaman terutama budaya-budaya asing yang masuk di Negara Indonesia.Untuk itulah kita sebagai generasi muda dan penerus bagsa harus bisa mengendalikan diri sehingga apa yang kita lakukan tidak menyimpang dengan norma dan sila-sila yang terkandung dalam pancasila
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

dampak negatif bagi remaja

dampak negatif globalisasi bagi remaja
2011/12/31 1:46:37 AM. Hasil pencarian artikel tentang dampak negatif globalisasi bagi remaja. You can download full article about dampak negatif globalisasi bagi remaja.Page 0

Dampak negatif globalisasi bagi remaja Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional

Penulis : RP Borrong. Istilah Globalisasi, pertama kali digunakan oleh Theodore Levitt tahun 1985 yang menunjuk pada politik-ekonomi, khususnya politik perdagangan Jawaban Terbaik: Dampak Positif a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap Dampak negatif globalisasi merupakan hal yang harus di pahami seiring dengan perkembangan globalisasi dewasa ini, hal ini sangat urgen mengingat

Dapatkan artikel terkait dampak negatif dan positif globalisasi bagi pelajar di RequestArtikel.com 0. Kumpulan artikel dengan topik dampak negatif dan positif Konten-konten tersebut tidaklah terlalu memberikan dampak negatif bagi orang konten ini justru seringkali menjadi tontonan yang ‘seru’ bagi anak remaja dan juga 10 Dampak Negatif Facebook Bagi Pelajar dan Remaja Dampak negatif facebook pada remaja, pelajar dan anak anak. Dampak negatif facebook semakin hari Dampak negatif facebook pada remaja, Anda dapat memberikan komentar tentang 10 Dampak Negatif Facebook Bagi Pelajar dan Remaja dengan menggunakan form dibawah ini . Dampak negatif globalisasi bagi remaja
Posts Related to Dampak negatif globalisasi bagi remaja

Yahoo! Answers - Apa aja dampak globalisasi bagi remaja?
Jawaban Terbaik: perubahan berdampak baik positif maupun negatif, termasuk globalisasi. Dampak positif globalisasi adanya ...

www.the-az.com
...

Dampak Negatif Era Globalisasi Bagi Remaja
Yahoo! Answers - Apa aja dampak globalisasi bagi remaja? Jawaban Terbaik: perubahan berdampak baik positif maupun negatif, termasuk globalisasi....


Orang Amerika suka sekali berjejaring sosial

San Francisco (ANTARA News) – Pengguna internet di AS menghabiskan hampir separuh waktu online mereka di blog dan jejaring sosial di mana Facebook menjadi tujuan kunjungan terpopuler mereka, demikian survey Nielsen seperti dikutip AFP. “Popularits media sosial terus meningkat, menghubungkan … Continue reading →

Tuntutan yang Diajukan Breivik tak Realistis

“Anders Behring Breivik menginginkan pemerintah mundur dan spesialis dari Jepang memeriksa kesehatan jiwanya,” kata Geir Lippestad, pengacara tersangka pembunuhan dan pemboman itu. Daftar kedua dari kliennya adalah meminta sejumlah benda seperti rokok. Breivik mengaku membunuh delapan orang dengan bom di … Continue reading →

Presiden dan Menteri hadiri pidato kenegaraan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (FOTO ANTARA/Prasetyo Utomo) Berdasarkan pantauan di Jakarta, Selasa, Presiden Yudhoyono dan Wapres Boediono tampak memasuki ruang Paripurna I Gedung MPR/DPR pada sekitar pukul 10.05 WIB. Presiden dan Wapres diantar masuk oleh Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) … Continue reading →
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Masa Remaja

Masa Remaja

Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Harold Alberty (1957) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Conger berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa yang amat kritis yang mungkin dapat erupakan the best of time and the worst of time.

Kita menemukan berbagai tafsiran dari para ahli tentang masa remaja :
• Freud menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif.Charlotte Buhler menafsirkan masa remaja sebagai masa kebutuhan isi-mengisi.Spranger memberikan tafsiran masa remaja sebagai masa pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang fundamental.
• Hofmann menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang dialami individu.
• G. Stanley Hall menafsirkan masa remaja sebagai masa storm and drang (badai dan topan).

Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 th (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: (1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan (2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).

Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema atau masalah tertentu bagi si remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.

Permasalahan yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya :
Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik.
Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.

Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa.
Pada masa remaja awal ditandai dengan perkembangan kemampuan intelektual yang pesat. Namun ketika, si remaja tidak mendapatkan kesempatan pengembangan kemampuan intelektual, terutama melalui pendidikan di sekolah, maka boleh jadi potensi intelektualnya tidak akan berkembang optimal. Begitu juga masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana dan pra sarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini, penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidakmampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.

Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas dan keagamaan.
Masa remaja disebut pula sebagai masa social hunger (kehausan sosial), yang ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya (peer group). Penolakan dari peer group dapat menimbulkan frustrasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Namun sebaliknya apabila remaja dapat diterima oleh rekan sebayanya dan bahkan menjadi idola tentunya ia akan merasa bangga dan memiliki kehormatan dalam dirinya. Problema perilaku sosial remaja tidak hanya terjadi dengan kelompok sebayanya, namun juga dapat terjadi dengan orang tua dan dewasa lainnya, termasuk dengan guru di sekolah. Hal ini disebabkan pada masa remaja, khususnya remaja awal akan ditandai adanya keinginan yang ambivalen, di satu sisi adanya keinginan untuk melepaskan ketergantungan dan dapat menentukan pilihannya sendiri, namun di sisi lain dia masih membutuhkan orang tua, terutama secara ekonomis. Sejalan dengan pertumbuhan organ reproduksi, hubungan sosial yang dikembangkan pada masa remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus tindakan penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga ditandai dengan adanya keinginan untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada, jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.

Problema berkaitan dengan perkembangan kepribadian, dan emosional.
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.

Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

prilaku menyimpang para remaja

Perilaku Menyimpang Para Remaja

KENAKALAN REMAJA“ Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Bahasa Indonesia “Dosen Pengampu : Siti Anafiah, SS, MPd&l. Pergaulan Remaja Jaman Sekarang Pada jaman sekarang,di era globalisasi, banyak hal yang berubah Pergaulan remaja adalah contoh kecil dari sekian banyak akibat dari.
Perilaku Menyimpang Para Remaja

. Pendidikan di sma di yogyakarta disusun oleh: stephanie creagh tugas studi lapangan australian consortium for in country indonesian studies (acicis) berkerja. Kenakalan remaja yang terjadi pada saat ini makin beragam bentuknya, hal ini bisa saja dipengaruhi oleh dunia luar atau yang lebih sering kita sebut.

1 ban terbaik di indonesia gt radial seo gt radial contest 2012 merupakan sebuah lomba kemahiran menempatkan kata/kalimat kunci secara online pada mesinmesin perilaku menyimpang para remaja.
Perilaku Menyimpang Para Remaja

. Definisi perilaku menurut kamus besar bahasa indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan (sikap) tidak saja badan atau ucapan perilaku menyimpang para remaja. I hubungan pola asuh keluarga terhadap perilaku merokok pada remaja pria di desa kenteng kecamatan nogosari kabupaten boyolali tahun 2007 skripsi untuk memenuhi perilaku menyimpang para remaja. Peduli lingkungan dan pergaulan remaja karya ilmiah oleh : hanif nur r siswa kelas ix smp negeri 2 kota mojokerto 3 november 2008 kata pengantar ­ puji syukur perilaku menyimpang para remaja.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

kenakalan remaja,faktor penyebab dan tips menghadapinya

Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang sewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Dan saya pun pernah melihat dengan mata kepala saya sendiri ketika sebuah anak kelas satu SMA di kompelks saya, ditangkap/diciduk POLISI akibat menjadi seorang bandar gele, atau yang lebih kita kenal dengan ganja.

Hal ini semua bisa terjadi karena adanya faktor-faktor kenakalan remaja berikut:

- kurangnya kasih sayang orang tua.

- kurangnya pengawasan dari orang tua.

- pergaulan dengan teman yang tidak sebaya.

- peran dari perkembangan iptek yang berdampak negatif.

- tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.

- dasar-dasar agama yang kurang

- tidak adanya media penyalur bakat dan hobinya

- kebasan yang berlebihan

- masalah yang dipendam

Dan saya dapat memberikan beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, yaitu:

- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.

- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.

- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.

- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.

- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.

- Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.

- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.

- Anda sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

kenakalan remaja di era globalisasi

1. Pengertian

Kenakalan remaja sering disebut juga dengan Juvenile Delinquency ialah perilaku jahat (dursila) atau kejahatan anak-anak muda. Anak-anak muda yang jahat itu disebut juga sebagai anak cacat secara sosial.

Juvenile berasal dari bahasa Latin “Juvenilus”, artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa remaja.

Delinquent berasal dari kata Latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas lagi maknanya menjadi jahat.

Mengenal siapa remaja dan apa problema yang dihadapinya adalah suatu keharusan bagi orang tua. Dengan bekal pengetahuan ini orang tua dapat membimbing anaknya menataki­ masa-masa krisis tersebut dengan mulus. Hal ini sangat dirasakan oleh semua karena di bahu remaja masa kini terletak tanggung jawab moral sebagai generasi penerus, menggantikan generasi yang ada saat ini. Mereka inilah yang kelak berperan menjadi sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas, menjadi aset nasional dan tumpuan harapan bangsa dalam kompetisi global, yang tentunya kian hiruk pikuk di abad ke XXI.

2. Bentuk-bentuk Kenakalan

Pada bagian Bab I sudah dijelaskan tentang kenakalan remaja ialah perilaku jahat, dursila dan kriminal.

Adapun bentuk-bentuk dari kenakalan remaja adalah :

a. Kebut-kebutan dijalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas dan membahayakan jiwa serta orang lain

b. Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan dan kadang-kadang pergi ke pasar untuk bermain game

c. Memakai dan menggunakan bahan narkotika bahkan hal yang mereka anggap ringan yakni minuman keras.

d. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, seperti permainan domino, remi dan lain-lain.

e. Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, sehingga harus melibatkan pihak yang berwajib.

B. Sebab-sebab Terjadinya Kenakalan Remaja

1. Faktor Internal (Dalam)

a. Reaksi frustasi diri

Dengan semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi yang berakibat pada banyaknya anak remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan sosial itu. Mereka lalu mengalami banyak kejutan, frustasi, ketegangan batin dan bahkan sampai kepada gangguan jiwa.

b. Gangguan pengamatan dan tanggapan pada anak remaja

Adanya gangguan pengamatan dan tanggapan di atas sangat mengganggu daya adaptasi dan perkembangan pribadi anak yang sehat. Gangguan pengamatan dan tanggapan itu, antara lain : halusinasi, ilusi dan gambaran semua.

Tanggapan anak tidak merupakan pencerminan realitas lingkungan yang nyata, tetapi berupa pengolahan batin yang keliru, sehingga timbul interpretasi dan pengertian yang salah. Sebabnya ialah semua itu diwarnai harapan yang terlalu muluk, dan kecemasan yang berlebihan.

c. Gangguan berfikir dan intelegensi pada diri remaja

Berfikir mutlak perlu bagi kemampuan orientasi yang sehat dan adaptasi yang wajar terhadap tuntutan lingkungan. Berpikir juga penting bagi upaya pemecahan kesulitan dan permasalahan hidup sehari-hari. Jika anak remaja tidak mampu mengoreksi pekiran-pekirannya yang salah dan tidak sesuai dengan realita yang ada, maka pikirannya terganggu.

d. Gangguan perasaan pada anak remaja

Perasaan memberikan nilai pada situasi kehidupan dan menentukan sekali besar kecilnya kebahagiaan serta rasa kepuasan. Perasaan bergandengan dengan pemuasan terhadap harapan, keinginan dan kebutuhan manusia. Jika semua tadi terpuaskan, orang merasa senang dan bahagia.

Gangguan-gangguan fungsi perasaan itu antara lain :

1) Inkontinensi emosional ialah tidak terkendalinya perasaan yang meledak-ledak, tidak bisa dikekang.

2) Labilitas emosional ialah suasana hati yang terus menerus berganti-ganti dan tidak tetap. Sehingga anak remaja akan cepat marah, gelisah, tidak tenang dan sebagainya.

3) Ketidak pekaan dan mempunyai perasaan biasa disebabkan oleh sejak kecil anak tidak pernah diperkenalkan dengan kasih sayang, kelembutan, kebaikan dan perhatian.

4) Kecemasan merupakan bentuk “ketakutan” pada hal-hal yang tidak jelas, tidak riil, dan dirasakan sebagai ancaman yang tidak bisa dihindari.

1. Faktor Eksternal (Luar)

Selain faktor dari dalam ada juga faktor yang datang dari luar anak tersebut, antara lain :

a. Keluarga

Tidak diragukan bahwa keluarga memegang peranan penting dalam pembentukan pribadi remaja dan menentukan masa depannya. Mayoritas remaja yang terlibat dalam kenakalan atau melakukan tindak kekerasan biasanya berasal dari keluarga yang berantakan, keluarga yang tidak harmonis di mana pertengkaran ayah dan ibu menjadi santapan sehari-hari remaja. Bapak yang otoriter, pemabuk, suka menyiksa anak, atau ibu yang acuh tak acuh, ibu yang lemah kepribadian dalam atri kata tidak tegas menghadapi remaja, kemiskinan yang membelit keluarga, kurangnya nilai-nilai agama yang diamalkan dll semuanya menjadi faktor yang mendorong remaja melakukan tindak kekerasan dan kenakalan.

Struktur keluarga anak nakal pada umumnya menunjuk­kan beberapa kelemahan/cacat di pihak ibu, antara lain ialah seba­gai berikut:

1) Ibu ini tidak hangat, tidak mencintai anak-anaknya, bahkan sering membenci dan menolak anak laki-lakinya, sama sekali tidak acuh terhadap kebutuhan anaknya.

2) Ibu kurang mempunyai kesadaran mengenai fungsi kewa­nitaan dan keibuannya; mereka lebih banyak memiliki sifat ke jantan-jantanan.

3) Reaksi terhadap kehidupan anak-anaknya tidak adekuat, tidak cocok, tidak harmonis. Mereka tidak sanggup memenuhi ke­butuhan anak-anaknya, baik yang fisik maupun yang psikis sifatnya.

4) Kehidupan perasaan ibu-ibu tadi tidak mantap, tidak konsis­ten, sangat mudah berubah dalam pendiriannya, tidak pernah konsekuen., dan tidak bertanggung jawab secara moral.

Beberapa kelemahan di pihak ayah yang mengakibatkan anaknya menjadi nakal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Mereka menolak anak laki-lakinya.

2) Ayah-ayah tadi hampir selalu absen atau tidak pernah ada di tengah keluarganya, tidak perduli, dan sewenang-wenang ter­hadap anak dan istrinya.

3) Mereka pada umumnya alkoholik, dan mempunyai prestasi kriminalitas, sehingga menyebarkan perasaan tidak aman (insekuritas) kepada anak dan istrinya.

4) Ayah-ayah ini selalu gagal dalam memberikan supervisi dan tuntunan moral kepada anak laki-lakinya.

5) Mereka mendidik anaknya dengan disiplin yang terlalu ketat dan keras atau dengan disiplin yang tidak teratur, tidak kon­sisten.

Selain itu, ada juga beberapa faktor yang datang dari keluarga, antara lain :

1) Rumah tangga berantakan. Bila rumah tangga terus ­menerus dipenuhi konflik yang serius, menjadi retak, dan akhirnya mengalami perceraian, maka mulailah serentetan kesulitan bagi semua anggota keluarga, terutama anak-anak. Pecahlah harmonis dalam keluarga, dan anak menjadi sangat bingung, dan merasa­kan ketidakpastian emosional. Dengan rasa cemas, marah dan risau anak mengikuti pertengkaran antara ayah dengan ibu. Mereka tidak tahu harus memihak kepada siapa. Batin anak menjadi sangat tertekan, sangat menderita, dan merasa malu akibat ulah orang tua mereka. Ada perasaan ikut bersalah dan berdosa, serta merasa malu terhadap lingkungan.

2) Perlindungan-lebih dari orang tua. Bila orang tua terlalu banyak melindungi dan memanjakan anak-anaknya, dan menghin­darkan mereka dari berbagai kesulitan atau ujian hidup yang kecil, anak-anak pasti menjadi rapuh dan tidak akan pernah sanggup belajar mandiri. Mereka akan selalu bergantung pada bantuan – orang tua, merasa cemas dan bimbang ragu selalu; aspirasi dan harga-dirinya tidak bisa tumbuh berkembang. Kepercayaan diri­nya menjadi hilang.

3) Penolakan orang tua. Ada pasangan suami-istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu. Me­reka ingin terus melanjutkan kebiasaan hidup yang lama, bersenang-senang sendiri seperti sebelum kawin. Mereka tidak mau memikirkan konsekuensi dan tanggung jawab selaku orang dewasa dan orang tua. Anak-anaknya sendiri ditolak, dianggap sebagai beban, sebagai hambatan dalam meniti karir mereka. Anak me­reka anggap cuma menghalang-halangi kebebasan bahkan cuma merepotkan saja.

4) Pengaruh buruk dari orang tua. Tingkah-laku kriminal, a-susila (suka main perempuan, korup, senang berjudi, sering mabuk-mabukan, kebiasaan minum dan menghisap rokok ber­ganja, bertingkah sewenang-wenang, dan sebagainya) dari orang tua atau salah seorang anggota keluarga bisa memberikan pengaruh menular atau infeksius kepada anak. Anak jadi ikut-­ikutan kriminal dan a-susila, atau menjadi anti-sosial. Dengan be­gitu kebiasaan buruk orang tua mengkondisionir tingkah-laku dan sikap hidup anak-anaknya.

b. Lingkungan Sekolah yang Tidak Menguntungkan

Sekolah kita sampai waktu sekarang masih banyak berfungsi sebagai “sekolah dengar” daripada memberikan kesempatan luas untuk membangun aktivitas, kreativitas dan inventivitas anak. Dengan demikian sekolah tidak membangun dinamisme anak, dan tidak merangsang kegairahan belajar anak.

Selanjutnya, berjam-jam lamanya setiap hari anak-anak harus melakukan kegiatan yang tertekan, duduk, dan pasif mendengarkan, sehingga mereka menjadi jemu, jengkel dan apatis.

Di kelas, anak-anak-terutama para remajanya sering mengalami frustasi dan tekanan batin, merasa seperti dihukum atau terbelenggu oleh peraturan yang “tidak adil”. Di satu pihak pada dirinya anak ada dorongan naluriah untuk bergiat, aktif dinamis, banyak bergerak dan berbuat; tetapi di pihak lain anak­ dikekang ketat oleh disiplin mati di sekolah serta sistem regimentasi dan sistem sekolah-dengar.

Ada pula guru yang kurang simpatik, sedikit memiliki de­dikasi pada profesi, dan tidak menguasai didaktik-metodik mengajar. Tidak jarang profesi guru/dosen dikomersialkan, dan pe­ngajar hanya berkepentingan dengan pengoperan materi ajaran belaka. Perkembangan kepribadian anak sama sekali tidak diperhatikan oleh guru, sebab mereka lebih berkepentingan dengan ­masalah mengajar atau mengoperkan informasi belaka.

c. Media elektronik

Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-temannya yang jarang menonton film sejenis. Polisi Amerika menyebutkan bahwa sejumlah tindak kekerasan yang pernah ditangani polisi ternyata dilakukan oleh remaja persis sama dengan adegan-adegan film yang ditontonnya. Ternyata anak meniru dan mengindentifikasi film-film yang ditontonnya.

d. Pengaruh pergaulan

Di usia remaja, anak mulai meluaskan pergaulan sosialnya dengan teman-tema sebayanya. Remaja mulai betah berbicara berjam jam melalui telefon. Topik pembicaraan biasanya seputar pelajaran, film, tv atau membicarakan cowok/ cewek yang ditaksir dsb.

Hubungan sosial di masa remaja ini dinilai positif karena bisa mengembangkan orientasi remaja memperluas visi pandang dan wawasan serta menambah informasi, bahkan dari hubungan sosial ini remaja menyerap nilai-nilai sosial yang ada di sekelilingnya. Semua ­faktor ini menjadi penyokong dalam pembentukan kepribadiannya dan menambah rasa percaya diri karena pengaruh pergaulan yang begitu besar pada diri remaja, maka hubungan remaja dengan teman sebayanya menentukan kualitas remaja itu. Kalau ini disadari oleh remaja, maka dengan sadar remaja akan menyeleksi teman pergaulannya.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Mencegah dan Mengatasi Penyakit Remaja

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia arti remaja adalah mulai dewasa, muda dan pemuda. Menurut salah seorang ahli bernama Hurlock mendefinisikan, bahwa remaja itu adalah satu masa peralihan di mana telah terjadi perubahan-perubahan secara fisik dan psikologis dari masa anak-anak ke masa dewasa. Perubahan psikologis ini mencakup intelektualnya, kehidupan emosi, kehidupan sosial dan seksual.

Remaja menentukan masa depan bangsa, bila remajanya berkualitas maka bangsanya juga akan berkualitas. Menurut dalam WHO yang menyebutkan setiap tahun ada sekitar 500 ribu perempuan yang meninggal dunia karena melahirkan dan lebih dari 65 ribu diantaranya adalah remaja perempuan meninggal karena aborsi yang tak aman .

Menurut data dari kantor BKKBN pusat ada 15 juta perempuan remaja melahirkan anak di mana sebagian besar mareka sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah dan ada sekitar 42 juta penduduk dunia saat ini menderita HIV/AIDS dan separuh dari mereka adalah remaja. Masalah lain yang sangat menonnjol dalam masalah remaja adalah kebutuhan kuat unntuk memperoleh tempat dalam lingkup teman sebaya caranya antara lain adalah tampil trendy secara fisik sebagai contoh adalah potongan rambut, penataan dan pewarnaannya serta pakaian dan aksesorisnya. Di rumah mereka menunjukkan sikap semau gue, sulit diajak kompromi dan cenderung merahasiakan apa yang dilakukan teman sebaya .

Mereka mulai mencoba merokok, ingin mengendarai mobil sendiri enggan pergi bersama keluarga terutama orang tua, kehidupan emosi mereka sangat peka, artinya kesedihan, kegembiraan dan kemarahan silih berganti dengan mudah tanpa terduga .

Istilah lain dari penyakit remaja menurut Prof. Dr. Dadang Hawari dikenal dengan MOLIMO (5-M) yang merupakan singkatan dari madat, minum, main, maling dan madon. Salah satu penyebabnya adalah lemahnya penegakan hukum. Hal ini disebabkan antara lain oleh kemiskinan yang mencakup 5 jenis, yaitu kemiskinan materi, kemiskinan iman dan kemiskinan informasi.

Pertanyaanya sekarang adalah bagaimana kita, baik sebagai orang tua atau remaja itu sendiri, mampu mengelola problematika ini menjadi potensi yang konstruktif ? Sejauh orang tua dan guru mampu memberikan toleransi dan pemahaman yang diperlukan remaja pada saat melalui masa transisi ini, maka permasalahan tersebut akan teratasi dan dalam waktu kurun waktu sekitar 6-12 bulan. Setelah masa itu berlalu secara perlahan dan bertahap terjadi proses penurunan gejolak emosi. Masuklah remaja ke tahap awal perkembangan jiwa dewasa.

Ada 7 kiat-kiat remaja mengatasi masalah-masalah tersebut di atas mengambil istilah Aa Gym 7T yaitu tenang, terencana, terampil, tertib, tekun, tegar dan tawadhu.

Tenang sebagaimana dalam surat Al-Ra’du 28 yang artinya “Ingatlah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram. Tentu hal ini akan tercapai apabila kita memiliki keyakinan yang mantap kepada Allah dengan cara menambah ilmu, mengamalkanya dan selalu berdoa.

Terencana ( QS Al-Hasyr 18) Ada sebuah ungkapan berbunyi “gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan gagal artinya bila kita tidak terlatih untuk membuat perencanaan di dalam hidup ini sudah bisa dipastikan aneka ragam kerugian akan mendatangi kita.

Terampil, orang yang terampil tampak dari kecekatannya dalam berprilaku aktif, kreatif dan mandiri serta mencerminkan jiwa kepemimpinan yang selalu peka terhadap lingkungan sekitar.

Tertib artinya teratur semua pekerjaan yang dilakukan penuh keteraturan, pekerjaannya tertata, prosedural dan terpantau.

Tekun artinya ketangguhan dalam berproses ( istiqamah) karena dalam hadist dikatakan amal yang disuai oleh Allah ialah amal yang sedikit namun dikerjakan terus-menerus. Hadist lain mengatakan “Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti ia akan berhasil.

Tegar identik dengan sabar artinya bersabar ketika menghadapi masalah.

Tawadhu artinya rendah hati tidak sombong ia sadar benar karena apa yang dihasilkannya itu semua hanya mngkin terjadi karena seiizin Allah SWT.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

perkembangan remaja di era globalisasi

PERKEMBANGAN REMAJA DI ERA GLOBALISASI
Perkembangan remaja di era globalisasi sudah menjadi salah satu masalah di Indonesia. Masuknya budaya barat pada negara tercinta ini, adalah salah satu faktor perkembangan remaja. Perkembangan remaja di Indonesia saat ini membawa dampak yang bisa mempengaruhi generasi muda yang nantinya akan memimpin negara kita. Bayangkan saja jika suatu saat negara kita dipimpin oleh generasi yang suka mabuk-mabukan, mengkonsumsi obat-obat terlarang atau beberapa tindakan tercela bahkan tindakan kriminal lainnya. Melihat wajah dan akhlaq pemimpin kita yang saat ini saja sudah membawa nama negara Indonesia sebagai negara terkorup nomer tiga se Asia Tenggara. Bagaimana dengan masa depan yang nantinya akan dipimpin oleh generasi muda yang telah dituturkan di atas tadi?. Begitu miris jika kita berbicara tentang perkembangan remaja saat ini. Hal tercela bisa menjadi hal yang sangat “GAUL” atau “UP TO DATE” saat ini. Seperti sex bebas. Banyak yang bilang “NO SEX, NO TREND”. Dalam arti jika kita tidak mengenal atau bahkan “Menyentuh” yang namanya sex, kita akan dibilang yang nggak gaul lah, katrok lah, atau apalah sejenisnya. Tapi jika kita telah melakukan hal itu, kita bisa jadi orang yang disegani di depan teman-teman kita. Padahal jika kita berfikir lebih jauh, akan terjadi banyak hal yang tidak kita inginkan. Aborsi misalnya. Bukan hal yang jarang kan, jika seorang remaja atau orang jawa biasa bilang anak bawang, melakukan hal berdosa itu.
Perkembangan remaja saat ini bisa dibilang berjalan di atas perih isak para pahlawan kusuma bangsa yang telah mendahului kita. Bagaimana tidak, harapan mereka mempunyai generasi bangsa yang bisa melanjutkan perjuangan mereka, berputar 180 derajat menjadi generasi yang seperti kita lihat saat ini. Pada siapa kita mengadu? Kita pun tak tahu. Pada siapa kita menyalahkan? Tak ada yang mau untuk disalahkan. Hal seperti ini memang butuh perubahan agar tidak menjadi yang lebih buruk dari yang kita lihat saat ini. Pemerintah tidak salah jika memberi seminar-seminar tentang “SAY NO TO DRUGS” atau “SAY NO TO FREE SEX” atau apalah yang lainnya. Pemerintah juga tidak salah jika harus mempertajam pengawasan pada gedung-gedung belakang sekolah yang biasanya digunakan untuk tempat mengkonsumsi obat-obat terlarang. Tapi apa tidak sebaiknya kita perbaiki dulu diri sendiri. Percuma pemerintah mengadakan seminar-seminar “SAY NO TO DRUGS” atau “SAY NO TO FREE SEX” jika ternyata narasumber seminar itu adalah orang yang selalu bertengger di club malam dan lupa pulang ke rumah, hanya karena terlena oleh gemerlapnya malam. Percuma jika pemerintah mempertajam pengawasan pada setiap gedung sekolah jika ternyata aparatnya adalah bandar narkotika.
Sebagai generasi muda bangsa kita, hal yang baik jika kita memulai sesuatu yang baik dari diri kita sendiri. Selain memperbaiki diri sendiri, kita juga bisa membawa beberapa teman atau bahkan saudara kita untuk memperbaiki diri mereka juga. Atau agar kita tidak salah pergaulan, kita harus pintar-pintar memilih tempat nongkrong. Tidak esis rasanya jika kita ingin menjadi orang baik tapi tempat nongkrong kita adalah club malam. Tempat nongkrong yang baik bisa kita dapat di sekolah. Mengikuti kegiatan ekstrakulikuler ataupun mengikuti organisasi siswa. Mengikuti berbagai macam kursus di luar sekolah. Seperti karate, taekwondo, basket, atau bahkan kursus pelajaran. Seperti primagama misalnya. Dengan begitu, waktu kita yang kosong di luar waktu sekolah bisa terisi dengan manfaat. Atau jika kita ingin beristirahat di akhir pekan, kita bisa menghabiskannya bersama orang tua. Selain bisa berbagi, kita juga bisa tetap menjaga keharmonisan hubungan kita dengan keluarga kita. Tiada hal yang lebih baik kita lakukan selain memperbaiki dari diri kita sendiri.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Dampak Globalisasi Bagi Perkembangan Anak Remaja

Apa saja dampak globalisasi? Banyak sekali! Tetapi dalam ulasan kali ini saya batasi pada dampak-dampak kejiwaan dan kerohanian saja, mengikuti alur fokus seperti di atas.

Baiklah pertama-tama kita memahami dulu aspek-aspek penting arus globalisasi. Sebagaimana diketahui ada dua pakar tenar yang banyak mengupas ihwal gejala-gejala globalisasi atau megatrend. Kita mengenal pokok-pokok pikiran mereka lewat buku-buku laris (best-sellers) mereka. John Naisbitt terkenal karena menulis dua buku seputar soal Megatrend. Sedangkan Alvin Toffler antaranya menulis buku trilogi, yang masing-masing berselang waktu 10 tahun, berjudul: Future Shock, Third Wave dan Power Shift. Buku-buku tersebut sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, dan diterbitkan oleh P.T. Pantja Simpati, Jakarta

Yang saya petikan atau sarikan di bawah ini bersumber dari buku pertama triloginya, yang dalam terjemahannya berjudul Kejutan Masa Depan. Judul bukunya ini sebetulnya adalah judul pasal 15 dan 16, yang merupakan pasal-pasal pada Bagian Kelima, yang menurut hemat saya merupakan inti ulasannya yang terbaik dalam buku ini. Adapun Bagian Kelima berjudul "Batas Kemampuan Adaptasi": pasal 15 melihatnya dari Dimensi Fisik dan pasal 16 dari Dimensi Psikologis. Dalam memaparkan pendapatnya, ia mengacu pada aneka disiplin ilmu pengetahuan, dan merangkum hasil-hasil penemuan ilmiah yang up to date (tentu saja sampai tahun 1970 saat buku itu ditulis).

Pertama. Manusia memiliki kemampuan melakukan adaptasi, baik secara biologis maupun secara psikologis, dan juga secara kultural. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa manusia (dan organisme lainnya) senantiasa harus berinteraksi dengan lingkungannya341 (alam dan sesama manusia). Dari lingkungannya itu ia senantiasa menerima, aneka "rangsangan" atau "stimulasi" terhadap tubuh dan dirinya.

Kedua. Respons manusia terhadap rangsangan oleh para ahli psikologi eksperimental disebut "respons orientasi" (orientation response, OR).342 Dalam hal ini adrenalin dan non adrenalin lalu bekerja, yang berfungsi sebagai energi tertentu. Dalam kaitan dengan area modernisasi maka banyak sekali hal yang serba baru (kebaruan, noverity). Dengan demikian, jumlah rangsangan kian banyak dan jumlah suplai bahan pelepas energi (energy releasers) pun kian meningkat.

Ketiga. Kalau daya "respons orientasi" tak lagi dapat mengatasi arus rangsangan yang serba baru dan bertubi-tubi, maka manusia melakukan apa yang Toffler sebut sebagai "reaksi adaptif".

... Reaksi ini berkaitan erat dengan OR. Memang kedua proses ini sangat rapat terjalin sehingga OR dapat dianggap sebagai bagian atau fase awal reaksi adaptif yang lebih besar dan luas cakupannya. Namun, apabila OR terutama didasarkan atas sistem saraf, reaksi adaptif banyak tergantung pada kelenjar endoktrin dan hormon yang dialirkannya ke dalam tubuh. Garis pertahanan yang pertama adalah saraf; yang kedua hormon.343

Jadi, setiap perubahan, artinya setiap menghadapi sesuatu yang baru atau asing, misalnya memasuki kota yang baru, bahkan rumah atau ruangan baru, menuntut adanya energi OR dan reaksi adaptif. Apalagi kalau sebuah desa terpencil namun cukup kaya, tiba-tiba kebanjiran pesawat televisi beserta antena parabolanya. Yang menuntut energi OR dan reaksi adaptif bukan semata rangsangan perangkat TV saja, tetapi terutama juga isi siaran yang ditayangkannya. "Demikianlah kebaruan setiap kebaruan yang dapat di indera - memetik aktivitas eksplosif di dalam tubuh ...344 perubahan yang kecil pun dalam iklim emosional atau dalam hubungan antarpribadi, dapat menimbulkan perubahan yang jelas dalam kimia tubuh"345 Bahkan "...antisipasi perubahan saja dapat memicu reaksi adaptif"346

Keempat. Dapat disimpulkan bahwa ada batas kemampuan adaptasi. Manusia toh merupakan "...suatu biosistem dengan kemampuan terbatas terhadap perubahan,"347 khususnya juga terhadap kebaruan-kebaruan. Akibat semua itu manusia lalu mudah terkena atau mengalami aneka macam "sutris" atau "stress".

Kelima. Tetapi seiring dengan itu patut dimunculkan pula kesimpulan kebalikannya. Yaitu bahwa manusia juga tidak bisa hidup tanpa perubahan sama sekali.

"...Tak seorang pun dapat hidup tanpa mengalami stress sama sekali sampai batas tertentu, "tulis Dr. Selye. Meniadakan OR dan reaksi adaptif sama artinya dengan meniadakan segala perubahan termasuk pertumbuhan, perkembangan diri, dan pendewasaan.... Perubahan tidak hanya perlu dalam kehidupan; perubahan adalah kehidupan itu sendiri. Begitu pula halnya, kehidupan adalah adaptasi.348

Keenam. Kesimpulan dari keseluruhan makna Kejutan Masa Depan dapat diringkas dalam kalimat berikut ini. "Kejutan masa depan merupakan respons terhadap stimulasi lanjur (overstimulation)."349 Toffler misalnya menyebut juga ihwal "Muatan lanjur Informasi" (information overload) dan "stimulasi lanjur desisional" (decisional overstimulation);350 yakni rangsangan pengambilan keputusan yang berlebihan.

"Muatan lanjur informasi" terjadi kalau terlampau banyak informasi yang harus kita serap, antaranya lewat siaran-siaran TV (antaranya acara Dunia dalam Berita, misalnya, yang menayangkan aneka peristiwa peperangan, bencana alam, kecelakaan, penderitaan dan lain sebagainya) dan juga lewat bahan bacaan: koran, majalah, buku.

"Muatan lanjur desisional" terjadi kalau seseorang misalnya terlampau banyak memegang jabatan: sebagai ketua ini, penulis itu, bendahara anu. Seorang bijak pernah berkata bahwa jumlah maksimum jabatan atau fungsi yang diemban seseorang ialah tujuh!

Kalau kita sebagai orang-orang yang relatif sudah lebih dewasa merasa agak "kewalahan" menampung arus "banjir informasi" (serta "kecamuk muatan lanjur desisional"), apalagi anak-anak dan remaja. Dalam surat kabar Jawa Pos, minggu 14 Februari 1993, dimuat suatu berita yang layak kita camkan, dan karenanya saya kutip di bawah ini sebagai bahan kajian refleksif.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

masa remaja memproyeksikan apa yang di internalisasikan

Nah, apa yang diinternalisasikan pada masa kanak-kanak lalu diproyeksikan pada masa remaja, misalnya soal seks.

1. Seorang remaja laki-laki yang punya citra ibu yang baik cenderung memproyeksikan melalui gejala tertarik kepada wanita yang mirip ibunya.

2. Demikianpun seorang remaja perempuan yang mempunyai citra seorang ayah yang baik cenderung tertarik kepada pria yang seperti ayahnya.

3. Sebaliknya seorang remaja laki-laki yang punya citra ibu yang rancu cenderung tertarik kepada wanita yang lain daripada ibunya (artinya mengisi apa yang kurang).

4. Dan seorang remaja perempuan yang punya citra ayah yang rancu cenderung tertarik kepada pria yang lain daripada ayahnya.

5. Seorang remaja, entah laki-laki atau perempuan, yang punya citra ayah dan citra ibu yang dua-duanya rancu akan menghadapi kesulitan di dalam menetapkan wanita atau pria pilihannya.

Dalam kenyataan hidup, memang gambarannya tidaklah sesederhana yang dirinci dan dipaparkan tadi. Perbedaan antara citra yang baik dan citra yang rancu hanyalah masalah gradasi, jarang sampai terjadi yang serba ekstrim (baik semata atau buruk sekali). Di antara kedua ekstrim itu ada sejumlah nuansa yang banyak sekali.

Dilihat dari kerangka paparan tersebut, maka janganlah tercengang manakala seorang guru perempuan Kebaktian Remaja (Bu Ani) disenangi oleh remaja laki-laki (Anton). Dan seorang guru laki-laki (Pak Hari) disenangi oleh remaja perempuan (Mari). Hati-hati loh, nenek bilang itu berbahaya padahal itu gejala yang wajar dan alamiah. Yang berbahaya - karena liku-liku itu tak disadari, misalnya -- ialah kalau Bu Ani juga menyenangi remaja Anton: atau Pak Hari juga menyenangi Mari.

Mengapa gejala tadi disebut "wajar"? Karena semasa remaja - sebetulnya sudah semenjak masa kanak-kanak -- seseorang cenderung membentuk "idola" di benaknya. Ada semacam "citra idola" tertentu, di samping citra ayah dan citra ibu. Peran "citra ayah, citra ibu, citra idola" ialah untuk membantu anak dan remaja memiliki pegangan tata nilai tertentu untuk arah perilakunya.

Unsur "kewajaran" kedua yang perlu juga diketahui ialah apa yang dalam ilmu jiwa disebut sebagai "transference". Yang di transfer ialah kandung emosi yang terbentuk selama dan oleh proses internalisasi masa kanak-kanak. Misalnya: perasaan cinta seorang remaja perempuan terhadap ayahnya tentu tak dapat diwujudkan dengan keinginan untuk menikah dengan sang ayah (nanti ibu bisa repot, padahal semacam "persaingan" serupa itu memang terjadi). Karena tak bisa diwujudkan kepada lawan jenis dari kalangan keluarga sendiri (=ortu), maka hasrat itu lalu di transfer kepada lawan jenis yang bukan keluarga. Hasrat itu mencari - katakanlah -- sasaran lain. Siapa tahu sasaran itu adalah Anda, hai para guru Sekolah Minggu/Remaja. Kalau transference itu ditanggapi secara serius -- kerap tanpa disadari -- terjadilah "counter transference". Dus perlu kewaspadaan sebab kakek bilang itu berbahaya.

Cinta hanyalah salah satu jenis emosi, masih beranekalah ragam-ragam emosi lainnya yang lazim ditransferkan. Misalnya: amarah, benci, kejengkelan. Pernahkah Anda mengalami ketercengangan karena ada remaja yang seolah-olah tiba-tiba marah terhadap Anda, padahal "kekeliruan" yang Anda buat sangatlah sepele (misalnya menegur agar ia tidak membuat gaduh)? Apa latar belakang dari angkara murka (lazim disebut temper tantrum) sedemikian? Jangan-jangan itu sekadar gejala "anti otoriterisme" karena punya ayah yang terlalu otoriter, dan kini amarahnya itu lalu di transfer kepada Anda! Asal Anda tahu saja: gejala itu cukup wajar, setidaknya bisa dipahami!
[Topik Sebelumnya] [Topik Selanjutnya]
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

masa kanak-kanak interlisasi atau merekam

Semasa kanak-kanak, aneka macam pengalaman, kesan, pengetahuan direkam ke dalam benak. Ternyata pengalaman, kesan dan pengetahuan itu mengandung tata nilai (values) tertentu. Nilai-nilai yang direkam itu tentu ada yang baik dan ada pula yang buruk semuanya ternyata direkam, bagaikan orang merekam suatu obyek ke dalam film di kamera atau merekam gerakan lewat kamera video, misalnya.

Dalam era globalisasi ternyata sumber pengalaman, kesan, pengetahuan - singkatnya tata nilai tata nilai - berjumlah lebih banyak ketimbang era-era sebelumnya. Kalau dulu sumbernya ialah: keluarga, sekolah (Minggu dan Umum) dan pergaulan, kini ditambah pula dengan media - komunikasi - massa modern: radio, tape, TV, apalagi yang memiliki parabola. Bagi mereka yang tidak mempunyai parabola, katanya, tahun ini jumlah siaran swasta akan bertambah pula. Dengan gejala kemajuan ini akan terus meningkat. Ditambah lagi dengan makin banyaknya aneka bahan bacaan: surat kabar, majalah dan buku.

Jadi, para Guru Sekolah Minggu kiranya jangan membayangkan bahwa Sekolah Minggu merupakan satu-satunya sarana penyampaian nilai-nilai rohani dan budaya. Makin lama ia akan makin terdesak oleh sarana penerus nilai-nilai yang serba canggih dan modern, yang makin lama tampaknya makin menyedot lebih banyak waktu dan perhatian mereka terhadap TV, misalnya apalagi melarangnya. Siapa yang punya wewenang untuk itu, para orangtua pun sulit melakukan itu.

Tugas seorang guru ialah - sesuai dengan tema kajian kita - mempersiapkan anak (dan remaja) menghadapi arus globalisasi, termasuk sarana media komunikasi massa modern. Juga mempersiapkan mereka menghadapi kelompok dan bentuk pergaulan yang tampaknya kian lama kian bertambah "bebas". Hal ini diantaranya dapat dilakukan dengan menjadikan Sekolah Minggu (dan Kebaktian Remaja kalau ada, juga misalnya lewat Komisi Remaja, sebagaimana yang sudah berlaku di beberapa Gereja tertentu), sebagai wadah pergaulan yang sehat dan konstruktif.

Ternyata secara psikologis, ada lagi yang juga direkam ke dalam benak sang anak, yaitu aneka macam "citra" (image). Dan yang paling penting serta menentukan ialah "citra ayah" (father image) dan "citra ibu" (mother image). Citra ayah atau citra ibu bisa baik atau buruk. Citra yang kurang baik lazim disebut dengan "citra yang rancu" (distorted), dus: citra ayah yang rancu, atau citra ibu yang rancu. Yang baik dan yang rancu bisa juga terkombinasi, misalnya citra ayah yang baik serta citra ibu yang rancu; atau sebaliknya: citra ibu yang baik serta citra ayah yang rancu. Lalu dapat pula terjadi bahwa citra ayah dan citra ibu dua-duanya rancu. Keanekaragaman itu tergantung dari perlakuan baik atau buruk ayah dan ibu terhadap sang anak. Proses perekaman yang membuahkan citra di benak itu kerap terjadi tanpa sang anak menyadarinya.

Nilai-nilai yang direkam lewat citra ayah dan citra ibu juga mengandung nilai-nilai ihwal seks. Minat terhadap seks sudah dimulai sejak anak berusia 3-5 tahun, kala sang anak belajar dan tahu membedakan kelainan jenis kelamin ayah (=laki-laki) dan jenis kelamin ibu (=perempuan). Lewat pengenalan akan jenis kelamin ayah dan ibu, sang anak pun lalu sadar apakah ia laki-laki atau perempuan. Pengetahuan mana juga diketahui lewat pengamatan akan alat kelaminnya sendiri, entah ia laki-laki atau perempuan. Pengetahuan-pengetahuan itu terjadi misalnya kalau anak-anak yang berlainan jenis mandi atau dimandikan bersama (di Eropa lazim anak-anak pun mandi bersama orang tuanya, seperti yang diceritakan kepada saya sekitar tahun 1971 oleh sebuah keluarga asal Indonesia yang tinggal di negeri Belanda).
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

perbedaan antara anak dan remaja

Untuk memudahkan kita memahami perbedaan antara anak dan remaja saya ingin mencirikan masing-masing kelompok secara sederhana sebagai berikut:

Pertama, masa kanak-kanak terutama ialah masa "internalisasi" dalam pengertian merekam.

Kedua, masa remaja terutama ialah masa "eksternalisasi" atau "proyeksi", yakni memantulkan (apa yang telah direkam).

Yang dimaksud dengan masa kanak-kanak dalam pembahasan di sini mengikuti kelaziman yang pada umumnya berlaku di kalangan Sekolah Minggu, yaitu dari sekitar usia 4-5 tahun sampai sekitar usia 11-13 tahun, atau sama dengan masa Sekolah Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Sedangkan masa remaja ialah masa sang anak itu sudah beranjak memasuki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Atas (SLTP dan SLTA).

Secara biologis yang membedakan kedua kelompok itu ialah bahwa anak remaja sudah mulai mengalami perubahan-perubahan dalam liku-liku perkembangan fisiknya. Remaja pria mengalami aneka perubahan, misalnya suara menjadi semakin besar/berat, tumbuh rambut di beberapa bagian tubuhnya di samping di kepala (kumis, di ketiak dan di sekitar alat kelamin), alat kelaminnya bisa berereksi serta dapat mengeluarkan air mani. Pada remaja perempuan juga tumbuh rambut ekstra (di ketiak dan di sekitar alat kelamin), buah dada yang membesar, serta mengalami haid. Semua itu akibat hormon-hormon yang mulai bekerja sesuai dengan "jadwal" yang telah di"program" di dalam tubuhnya.

Perbedaan-perbedaan di atas, yaitu ditinjau dari latar belakang sekolah (Minggu atau Umum) dan dari latar belakang biologis, tentunya sudah cukup diketahui secara umum (dan juga karena telah mengalaminya sendiri secara konkret). Karenanya ulasan selanjutnya lebih diarahkan dan difokuskan pada bidang kejiwaan dan kerohanian. Nah, apa yang pada awal makalah ini disebut sebagai "internalisasi" dan "proyeksi" lebih menyentuh aspek kejiwaan atau psikis.
[Topik Sebelumnya] [Topik Selanjutnya]
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

masalah kesehatan mental di era globalisasi

Masalah Kesehatan Mental Remaja di Era Globalisasi
Perkembangan psikososial pada remaja
Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologik, psikologik, dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungannya.
Ada tiga faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu;

Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen).
Faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra-remaja.
Faktor lingkungan yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.

Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.

Kebutuhan ini dapat digambarkan sebagai;
Dengan demikian akan selalu ada faktor risiko dan faktor protektif yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian seorang remaja, yaitu;
Faktor risiko
Dapat bersifat individual, konstekstual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai dengan kerentanan psikososial, dan resilience pada seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan emosi dan perilaku yang khas pada seorang remaja.
Faktor risiko dapat berupa:

Faktor individu

o Faktor genetik/konstitutional; berbagai gangguan mental mempunyai latar belakang genetik yang cukup nyata, seperti gangguan tingkah laku, gangguan kepribadian, dan gangguan psikologik lainnya.
o Kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti, menghadapi rasa takut, rendah diri, dan rasa tertekan. Adanya kepercayaan bahwa perilaku kekerasan adalah perilaku yang dapat diterima, dan disertai dengan ketidakmampuan menangani rasa marah. Kondisi ini cenderung

Faktor psikososial

o Keluarga
Ketidakharmonisan antara orangtua, orangtua dengan penyalahgunaan zat, gangguan mental pada orangtua, ketidakserasian temperamen antara orangtua dan remaja, serta pola asuh orangtua yang tidak empatetik dan cenderung dominasi, semua kondisi di atas sering memicu timbulnya perilaku agresif dan temperamen yang sulit pada anak dan remaja.
o Sekolah
§ Bullying merupakan salah satu pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya, serta berdampak terjadinya kegagalan akademik. Kondisi ini merupakan faktor risiko yang cukup serius bagi remaja. Bullying atau sering disebut sebagai peer victimization adalah bentuk perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologik maupun fisik terhadap seseorang/sekelompok orang yang lebih lemah, oleh seseorang/sekelompok orang yang lebih kuat.
o Situasi dan kehidupan
Telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang erat antara timbulnya gangguan mental dengan berbagai kondisi kehidupan dan sosial masyarakat tertentu seperti, kemiskinan, pengangguran, perceraian orangtua, dan adanya penyakit kronik pada remaja.7-9

Faktor protektif

Faktor protektif merupakan faktor yang memberikan penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan tertentu.10-11 Rutter (1985) menjelaskan bahwa faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi, merubah, atau menjadikan respons seseorang menjadi lebih kuat menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya. Faktor protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir berupa terjadi tidaknya masalah perilaku atau emosi, atau gangguan mental kemudian hari.
mengemukakan berbagai faktor protektif, antara lain adalah:
o Karakter/watak personal yang positif.
o Lingkungan keluarga yang suportif.
o Lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk memperkuat upaya penyesuaian diri remaja.
o Keterampilan sosial yang baik
o Tingkat intelektual yang baik.
Perubahan psikoseksual
Produksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan seks dan perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam bentuk pemujaan terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dan sebagainya.
Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan dirinya dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya maka hal ini dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.
Pengaruh teman sebaya
Kelompok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang remaja. Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar dalam mendorong terbentuknya berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan ‘dunianya’ adalah sekolah. Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya, olahragawan, dsb.
Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya akibat peran teman sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu timbulnya perilaku antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos, dsb.
Perilaku berisiko tinggi
Remaja kerap berhubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai tahun dikatakan pernah menunjukkan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode tersebut, seperti berkelakuan buruk di sekolah, penyalahgunaan zat, serta perilaku antisosial (mencuri, berkelahi, atau bolos) dan dari 50% remaja tersebut juga menunjukkan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku kriminal yang bersifat minor. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja pernah menggunakan marijuana, 65% remaja merokok, dan 82% pernah mencoba menggunakan alkohol.
Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka merasa lebih dapat diterima, menjadi pusat perhatian oleh kelompok sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (fun). Walaupun demikian, sebagian remaja juga menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan cara mereka untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.
Kegagalan pembentukan identitas diri
Menurut Piaget16, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. Erikson17 dalam teori perkembangan psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih terarah. Mereka mulai belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang terbaik untuk mereka seperti teman, minat, atau pun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu perseteruan dengan orangtua atau lingkungan yang tidak mengerti makna perkembangan di masa remaja dan tetap merasa bahwa mereka belum mampu serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.
Secara perlahan, remaja mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari berbagai sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah superego yang khas yang merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga terjawabpertanyaan ’siapakah aku?’ dan ’kemanakah tujuan hidup saya?
Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk kondisi kebingungan peran (role confusion). Role confusion
ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara untuk mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari gangguan dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja ini.
Gangguan perkembangan moral
Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima secara bersama, apabila ada dua standar yang secara sosial diterima bersama tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil keputusan untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam pembentukan moralitasnya, remaja mengambil nilai etik dari orangtua dan agama dalam upaya mengendalikan perilakunya. Selain itu, mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarkat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi orangtua sendiri tidak berbuat demikian.
Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal itu tidak mebahayakan kesehatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja. Jika pembentukan ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola perilaku antisosial dan perilaku menentang yang tentunya mengganggu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.
Stres di masa remaja
Banyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka berhadapan dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai sesuai dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian.
Tantangan ini tentunya berpotensi untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya tekanan yang nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut. Penelitian menunjukkan bahwa remaja merupakan masa 'storm and stress' shingga memicu terjadinya gangguan depresi yang bermakna.19-21

Kesimpulan
Keberhasilan remaja dalam proses pembentukan kepribadian yang wajar dan pembentukan kematangan diri membuat mereka mampu menghadapi berbagai tantangan dan dalam kehidupannya saat ini dan juga di masa mendatang. Untuk itu mereka seyogyanya mendapatkan asuhan dan pendidikan yang menunjang untuk berkembangnya self confidence, role anticipation, role experimentation, dan apprenticeship yang sudah dimulai sejaka masa anak dan pra-remaja sehingga masa kritis yang dijumpai di tahap perkembangan remaja ini dapat dilalui dengan mulus. Walaupun secara rasional selalu dapat dilakukan koreksi dan kompensasi terhadap defek perkembangan kepribadian dan masalah psikososial yang dihadapi, namun hal ini tentunya membutuhkan usaha yang lebih besar. Dengan demikian, lebih baik mencegah dengan memperkuat berbagai faktor protektif dan mengurangi sebanyak mungkin faktor risiko yang ada yang sudah dimulai sejak masa konsepsi hingga individu mencapai masa remaja.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Senin, 19 Desember 2011

JAWABAN UTS INTERNET

1.langkah-langkah membuat daftar isi pada blog?
jawab :
Berikut ini langkah-langkahnya :
1. Masuk ke account blogger anda
2. Pilih tata letak/layout
3. Pilih tambah gadget
4. Pilih HTML/javascript.
5. Beri Judul Dafar isi atau judul sesuai dengan keinginan sobat
5. Kopas kode di bawah ini

2.langkah-langkah recent post pada blog?
jawab :
1.login ke blogger
2.kemudian klik tab menu,tata letak lalu klik tambah gadget lalu pilih kategori HTML/javascript.
3.copi kode berikut lalu paste kedalam kotak HTML/javascript tadi.
4.kemudian save,tapi sebelum nya lihat keterangan di bawah ini dulu.
*ubah kode yang berwarna biru tersebut dengan URL blog kamu,
lalu ubah angka 6 yang berwarna merah tersebut dengan jumlah resen close yang kamu inginkan,
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

Minggu, 11 Desember 2011

pergaulan remaja yang lebih mengarah pada pergaulan bebas

PERGAULAN REMAJA YANG LEBIH MENGARAH PADA PERGAULAN BEBAS

A. Pengertian Pergaulan
Pergaulan merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh individu dengan individu, dapat juga oleh individu dengan kelompok.
Seperti yang dikemukakan oleh Aristoteles bahwa manusia sebagai makhluk sosial (zoon-politicon), yang artinya manusia sebagai makhluk sosial yang tak lepas dari kebersamaan dengan manusia lain. Pergaulan mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seorang individu. Pergaulan yang ia lakukan itu akan mencerminkan kepribadiannya, baik pergaulan yang positif maupun pergaulan yang negatif. Pergaulan yang positif itu dapat berupa kerjasama antar individu atau kelompok guna melakukan hal – hal yang positif. Sedangkan pergaulan yang negatif itu lebih mengarah ke pergaulan bebas, hal itulah yang harus dihindari, terutama bagi remaja yang masih mencari jati dirinya. Dalam usia remaja ini biasanya seorang sangat labil, mudah terpengaruh terhadap bujukan dan bahkan dia ingin mencoba sesuatu yang baru yang mungkin dia belum tahu apakah itu baik atau tidak.
B. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anakMenurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.
Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun = masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006: 192)
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.
Masa remaja merupakan masa yang sangat penting, sangat kritis dan sangat rentan, karena bila manusia melewati masa remajanya dengan kegagalannya, dimungkinkan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang sangat produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, dimungkinkan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan hidupnya. Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya.
Masa remaja dimulai dari saat sebelum baligh dan berakhir pada usia baligh. Oleh sebagian ahli psikologi, masa remaja berada dalam kisaran usia antara 11-19 tahun. Adapula yang mengatakan antara usia 11-24 tahun. Selain itu, masa remaja merupakan masa transisi (masa peralihan) dari masa anak-anak menuju masa dewasa,  yaitu saat manusia tidak mau lagi diperlakukan oleh lingkungan keluarga dan masyarakat sebagian anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisik, perkembangan psikis (kejiwaan), dan mentalnya belum menjukkan tanda-tanda dewasa. Pada masa ini (masa remaja), manusia banyak mengalami perubahan yang sangat fundamental dalam kehidupan baik perubahan fisik dan psikis (kejiwaan dan mental). (Menurut Abdul, hal : 2, 2009).
C. Pengertian Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship).
Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini.
Pergaulan bebas juga dapat didefinisikan sebagai melencengnya pergaulan seseorang dari pergaulan yang benar , pergaulan bebas diidentikan sebagai bentuk dari pergaulan luar batas atau bisa juga disebut pergaulan liar.
D. Faktor Penyebab Pergaulan Bebas
Ada beberapa faktor – dan masih ada juga faktor yg lain – yang banyak mempengaruhi terjadinya pergaulan buruk dari kalangan anak-anak muda, yakni:
1. Faktor Orang Tua
Para orang tua perlu menyadari bahwa jaman telah berubah.System komunikasi, pengaruh media masa, kebebasan pergaulan dan modernisasi di berbagai bidang dengan cepat memepengaruhi anak-anak kita.Budaya hidup kaum muda masa kini, berbeda dengan jamanpara orang tua masih remaja dulu. Pengaruh pergaulan yang datang dari orang tuadalam era ini, dapat kita sebutkan antara lain:
* Faktor kesenjangan pada sebagian masyarakat kita masih terdapat anak-anak yang merasa bahwa orang tua mereka ketinggalan jaman dalam urusan orang muda. Anak-anak muda cenderung meninggalkan orang tua, termasuk dalam menentukan bagaimana mereka akan bergaul. Sementara orang tua tidak menyadari kesenjangan ini sehingga tidak ada usaha mengatasinya.
* Faktor kekurang pedulian Orang tua kurang perduli terhadap pergaulan muda-mudi. Mereka cenderung menganggap bahwa masalah pergaulan adalah urusan anak-anak muda, nanti orang tua akan campur tangan ketika telah terjadi sesuatu. Padahal ketika sesuatu itu telah terjadi, segala sesuatu sudah terlambat
* Faktor ketidak mengertian kasus ini banyak terjadi pada para orang tua yang kurang menyadari kondisi jaman sekarang. Mereka merasa sudah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi dalam urusan pergaulan anak-anaknya, ternyata tidak banyak yang mereka lakukan. Bukannya mereka tidak perduli, tetapi memang mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat.
2. Faktor agama dan iman.
Agama dan keimanan merupakan landasan hidup seorang individu. Tanpa agama hidup mereka akan kacau, karena mereka tidak mempunyai pandangan hidup. Agama dan keimanan juga dapat membentuk kepribadian individu. Dengan agama individu dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tetapi pada remaja yang ikut kedalam pergaulan bebas ini biasanya tidak mengetahui mana yang baik dan mana yang tidak.
3. Perubahan Zaman
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan pun ikut berkembang atau yang lebih sering dikenal dengan globalisasi. Remaja biasanya lebih tertarik untuk meniru kebudayaan barat yang berbeda dengan kebudayaan kita, sehingga memicu mereka untuk bergaul seperti orang barat yang lebih bebas.
E. Dampak Pergaulan Bebas
Dampak pergaulan bebas dapat kita lihat seperti tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Di kota Denpasar dari 633 pelajar Sekolah Menengah Tingkat Atas (SLTA) yang baru duduk di kelas II, 155 orang atau 23,4% mempunyai pengalaman hubungan seksual.
Mereka terdiri atas putra 27% dan putri 18%. Data statistik nasional mengenai penderita HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 75% terjangkit hilangnya kekebalan daya tubuh pada usia remaja.
Demikian pula masalah remaja terhadap penyalahgunaan narkoba semakin memprihatinkan.Berdasarkan data penderita HIV/AIDS di Bali hingga Pebruari 2005 tercatat 623 orang, sebagian besar menyerang usia produktif. Penderita tersebut terdiri atas usia 5-14 tahun satu orang, usia 15-19 tahun 21 orang, usia 20-29 tahun 352 orang, usia 30-39 tahun 185 orang, usia 40-49 tahun 52 orang dan 50 tahun ke atas satu orang.
semakin memprihatinkan penderita HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik (konselor) sebaya menjadi sangat penting.
“Pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja menjadi model pemberdayaan masyarakat yang bertujuan menumbuhkan kesadaran dan peranserta individu memberikan solusi kepada teman sebaya yang mengalami masalah kesehatan reproduksi”.
Pelatihan Managemen tersebut diikuti 24 peserta utusan dari delapan kabupaten dan satu kota di Bali berlangsung selama empat hari.
Belum lama ini ada berita seputar tentang keinginan sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan, dengan dalih menjunjung tinggi nilai hak azasi manusia. Ini terjadi karena tiap tahunnya peningkatan kasus aborsi di Indonesia kian meningkat, terbukti dengan pemberitaan di media massa atau TV setiap tayangan pasti ada terungkap kasus aborsi. Jika hal ini di legalkan sebgaimana yang terjadi di negara-negara Barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya dan adat bangsa. Berarti telah hilang nilai-nilai moral serta norma yang telah lama mendarah daging dalam masyarakat. Jika hal ini dilegal kan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.
Orang tidak perlu menikah untuk melakukan hubungan seks. Sedangkan pelepasan tanggung jawab kehamilan bisa diatasi dengan aborsi. Legalisasi aborsi bukan sekedar masalah-masalah kesehatan reproduksi lokal Indonesia, tapi sudah termasuk salah satu pemaksaan gaya hidup kapitalis sekuler yang dipropagandakan PBB melalui ICDP (International Conference on Development and Population) tahun 1994 di Kairo Mesir.
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami ; penderitaan kehilangan harga diri (82%), berteriak-teriak histeris (51%), mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%), ingin bunuh diri (28%), terjerat obat-obat terlarang (41%), dan tidak bisa menikmati hubungan seksual (59%).
Aborsi atau abortus berarti penguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum dapat lahir secara alamiah). Abortus terbagi dua;
Pertama, Abortus spontaneus yaitu abortus yang terjadi secara tidak sengaja. penyebabnya, kandungan lemah, kurangnya daya tahan tubuh akibat aktivitas yang berlebihan, pola makan yang salah dan keracunan.
Kedua, Abortus provocatus yaitu aborsi yang disengaja. Disengaja maksudnya adalah bahwa seorang wanita hamil sengaja menggugurkan kandungan/ janinnya baik dengan sendiri atau dengan bantuan orang lain karena tidak menginginkan kehadiran janin tersebut.
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya yakni hamil dan penyakit kelamin.
Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran akan hal sex tersebut.
F. Solusi (Pencegahan) Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas memang sangat meresahkan, tidak hanya orang tua saja, tetapi masyarakat pun juga dibuatnya resah. Hal ini dapat dikurangi bahkan dapat dicegah dengan cara – cara berikut :
1. Pentingnya kasih saying dan perhatian yang cukup dari orang tua dalam hal dan keadaan apapun.
2. Pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. Pengekangan terhadap seorang anak akan berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya. Di hadapan orang tuannya dia akan bersikap baik dan patuh, tetapi setelah dia keluar dari lingkungan keluarga, dia akan menggunakannya sebagai pelampiasan dari pengekangan itu, sehingga dia dapat melakukan sesuatu yang tidak diajarkan orang tuannya.
3. Seorang anak hendaknya bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Hal tersebut dikarenakan apabila seorang anak bergaul dengan teman yang tidak sebaya yang hidupnya berbeda, sehingga dia pun bisa terpengaruh gaya hidupnya yang mungkin belum saatnya untuk dia jalani.
4. Pengawasan yang lebih terhadap media komunikasi, seperti internet, handphone, dan lain-lain.
5. Perlunya bimbingan kepribadian bagi seorang anak agar dia mampu memilih dan membedakan mana yang baik untuk dia maupun yang tidak baik.
6. Perlunya pembelajaran agama yang diberikan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai agamanya.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

faktyor yang mempengaruhi perkembangan remaja


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO